KEUNGGULAN KOMPARATIF KAYU BULAT JATI DAN PINUS HUTAN TANAMAN DAN PROSPEKNYA DI MASA DATANG
Jurnal Penelitian Sosial dan Ekonomi Kehutanan
View Archive InfoField | Value | |
Title |
KEUNGGULAN KOMPARATIF KAYU BULAT JATI DAN PINUS HUTAN TANAMAN DAN PROSPEKNYA DI MASA DATANG
|
|
Creator |
Astana, Satria
Yuhono, J T Waskito, Budhi Yowono, Sapto Raharjo, Probo Untari, Dewi Ginting, Sri Mina Yuniarti, Kamila |
|
Subject |
Keunggulan komparatif; hutan tanaman;jati; pinus
|
|
Description |
Di masa datang, produksi kayu bulat dari hutan alam akan terus menurun. Diharapkan penurunan produksinya akan digantikan oleh produksi kayu bulat dari hutan tanaman. Permasalahannya adalah apakah perkembangan hutan tanaman akan berjalan sesuai dengan harapan? Jawaban atas pertanyaan tersebut diantaranya bergantung pada apakah kayu bulat dari hutan tanaman sekurang-kurangnya memiliki keunggulan komparatif yang sama dengan kayu bulat dari hutan alam. Hutan tanaman yang dikaji adalah hutanjati dan hutan pinus. Penelitian dilaksanakan pada tahun 1999. Untuk hutan jati, penelitian dilaksanakan di Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) lndramayu, Gundih dan Madiun, sedangkan untuk hutan pinus di KPH Bandung Utara, Pekalongan Timurdan Lawu OS. Keunggulan komparatifkayu bulat jati dan pinus dihitung dengan menggunakan metode Biaya Sumberdaya Domestik (BSD). Denganmenggunakan data sekunder tahun 1998, hasil penelitian menunjukkan bahwa baik kayu bulat jati maupun pinus memiliki keunggulan komparatif. lni ditunjukkan oleh koefisien BSD-nya yang kurang dari satu. Koefisien BSD kayu bu lat jati berkisar antara 0,26-0,28 dan kayu bulatpinus antara 0,48-0,53. Hasil analisis kepekaan menunjukkan bahwa kayu bulat jati masih memiliki keunggulan komparatifjika harga intemasionalnya (ekspomya) menurun sampai 73% untuk KPH Madiun, sampai 72% untuk KPH lndramayu dan sampai 74% untuk KPH Gundih.Sedangkan kayu bulat pinus masih memiliki keunggulan komparatifjika harga intemasionalnya (ekspomya) menurun sampai 47% untuk KPH Pekalongan Timur dan sampai 52% untuk KPH Bandung Utara, dan sampai 48% untuk KPH Lawu OS. Lebih jauh, hasil penelitian merekomendasikan bahwa bila kebijakan ekspor kayu bulat dari hutan tanaman tidak diberlakukan, maka prospek hutan tanaman khususnyajati dan pinus di masa datang akan tetap lamban
|
|
Publisher |
Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial, Ekonomi, Kebijakan dan Perubahan Iklim
|
|
Contributor |
—
|
|
Date |
2017-03-07
|
|
Type |
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion — |
|
Identifier |
http://ejournal.forda-mof.org/ejournal-litbang/index.php/JPSEK/article/view/2737
10.20886/jpsek.2004.1.1.67-86 |
|
Source |
Jurnal Penelitian Sosial dan Ekonomi Kehutanan; Vol 1, No 1 (2004): Jurnal Sosial Ekonomi Kehutanan; 67-86
Jurnal Penelitian Sosial dan Ekonomi Kehutanan; Vol 1, No 1 (2004): Jurnal Sosial Ekonomi Kehutanan; 67-86 2502-4221 1979-6013 |
|
Language |
id
|
|
Rights |
Copyright (c) 2017 Jurnal Penelitian Sosial dan Ekonomi Kehutanan
http://creativecommons.org/licenses/by-nc-sa/4.0 |
|